https://www.habered.com/tiwah-ritual-sakral-dayak-ngaju-untuk-mengantar-arwah-leluhur/
Habered – Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah memiliki tradisi unik, kuno, dan sarat makna yang disebut dengan Tiwah. Ritual ini merupakan upacara kematian besar yang berfungsi untuk mengantarkan arwah leluhur menuju Lewu Tatau, atau alam baka dalam kepercayaan Kaharingan. Bagi masyarakat Dayak Ngaju, Tiwah bukan sekadar seremoni, tetapi juga bentuk penghormatan terakhir bagi orang yang telah meninggal.
Proses Tiwah diawali dengan penggalian makam keluarga yang sudah lama meninggal. Tulang-belulang kemudian dibersihkan secara khusus dan ditempatkan di dalam sandung, sebuah rumah kecil berbentuk kotak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan tulang. Prosesi ini biasanya dilakukan secara kolektif, sehingga satu upacara Tiwah bisa melibatkan beberapa keluarga sekaligus.
“Simak Juga: Festival Sharo, Ujian Kejantanan Ekstrem Suku Fulani”
Berbeda dengan suasana duka dalam upacara kematian biasa, Tiwah berlangsung meriah. Upacara ini diiringi musik tradisional, tarian sakral, dan doa-doa dari Basir, yakni pemuka agama Kaharingan. Selain itu, penyembelihan hewan kurban seperti kerbau, sapi, atau babi juga menjadi bagian penting dari prosesi. Hewan-hewan tersebut dipercaya sebagai “kendaraan” bagi arwah menuju alam baka.
Bagi masyarakat Dayak Ngaju, Tiwah bukan hanya wujud penghormatan, tetapi juga cara menjaga keharmonisan antara dunia manusia dan dunia roh. Dengan melaksanakan Tiwah, keluarga yang ditinggalkan merasa lega karena arwah kerabat telah mendapat tempat yang layak di Lewu Tatau. Ritual ini juga memperkuat ikatan kekeluargaan dan solidaritas antarwarga, karena penyelenggaraannya melibatkan partisipasi seluruh komunitas.
Menggelar Tiwah membutuhkan biaya besar, mengingat banyaknya perlengkapan, hewan kurban, serta persiapan yang harus dilakukan. Karena itu, pelaksanaan Tiwah biasanya jarang dilakukan dan bisa memakan waktu bertahun-tahun setelah seseorang meninggal. Bahkan, beberapa keluarga menunggu sampai mampu secara ekonomi atau hingga ada kesempatan melaksanakan Tiwah secara kolektif bersama keluarga lain.
Di era modern, Tiwah tetap dipertahankan sebagai identitas budaya Dayak Ngaju. Pemerintah daerah bahkan menjadikan ritual ini sebagai bagian dari kalender budaya dan daya tarik wisata. Meski begitu, nilai sakral dan spiritual tetap dijaga agar tidak hanya dipandang sebagai pertunjukan semata.
Tradisi Tiwah merupakan warisan budaya luhur yang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, leluhur, dan alam semesta. Dengan segala kemeriahan dan kesakralannya, Tiwah bukan sekadar ritual kematian, tetapi juga perayaan kehidupan, kebersamaan, dan penghormatan mendalam terhadap mereka yang telah mendahului.
“Baca Juga: Asam pada Kopi Bisa Mengikis Gigi, Benarkah?”
This website uses cookies.