Habered – Travis Timmerman, seorang peziarah Amerika yang ditahan di Suriah yang dikuasai oleh pemerintah Bashar Assad, menyebut pembebasannya sebagai sebuah “berkah.” Dia dibebaskan setelah menghabiskan tujuh bulan di Cabang Palestina, sebuah fasilitas penahanan yang terkenal di Suriah yang dikelola oleh intelijen negara tersebut. Timmerman mengunjungi Suriah untuk berziarah Kristen dan mengaku tidak diperlakukan buruk selama penahanannya. Ia mengatakan bahwa pembebasannya terjadi setelah pemberontak berhasil merebut Damaskus dan menggulingkan rezim Assad. Pemberontak dari kelompok Hayat Tahrir al-Sham, yang memimpin serangan tersebut, memastikan pembebasan Timmerman.
Menurut Timmerman, ia dibebaskan pada Senin pagi bersama seorang pemuda Suriah dan 70 tahanan wanita, beberapa di antaranya membawa anak-anak mereka. Ia tidak tahu ada warga Amerika lainnya yang ditahan di fasilitas tersebut. Selama di penjara, ia mendengar suara-suara yang mencerminkan kekerasan, namun ia tidak mengalami kekerasan fisik. Ia sempat mendengar pemukulan yang terjadi di sekitar selnya dan merasa khawatir akan keselamatannya. Selama berada di penjara, Timmerman diberikan makanan seperti roti tak beragi, nasi, dan kentang, yang lebih baik dibandingkan makanan yang diterima oleh tahanan non-Suriah.
Baca Juga : Nasaruddin Umar: Hormati Orang Tua Meski Ada Perbedaan Agama
Timmerman dijemput oleh pemberontak yang datang ke penjara untuk membebaskannya. Mereka menghancurkan pintu selnya dengan palu dan membebaskannya dari tahanan. Pembebasannya terjadi di tengah ketegangan pertempuran yang masih berlangsung di sekitar Damaskus. Meskipun situasi tersebut sangat menegangkan, Timmerman akhirnya merasa lega setelah menyadari bahwa tembakan yang terdengar berasal dari peluru hampa sebagai tanda perayaan kemenangan para pemberontak.
Setelah dibebaskan, Timmerman sempat beristirahat di Damaskus selama dua malam sebelum memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Ia berjalan menuju Yordania, namun di tengah perjalanan, ia ditemukan oleh sebuah keluarga Suriah. Keluarga tersebut mendapati Timmerman yang tampak lapar dan kelelahan. Mereka memberinya makanan dan memanggil dokter untuk memeriksa kondisinya. Tak lama setelah itu, pemberontak datang untuk menjemputnya dan membawanya ke tempat yang lebih aman.
Mouaz Mostafa, direktur eksekutif Satuan Tugas Darurat Suriah, mengetahui keberadaan Timmerman dan segera menghubungi pihak berwenang AS untuk membantu proses pemulihannya. Timmerman kini sedang dalam pemulihan di Suriah, sementara pihak pemberontak berupaya mencari cara untuk menyerahkannya kepada pihak AS. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengungkapkan bahwa pemerintah AS sedang berusaha untuk membawa Timmerman pulang, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai proses tersebut.
Kehilangan Timmerman menjadi perhatian keluarga dan pihak berwenang AS. Keluarga Timmerman, khususnya ibunya, sangat cemas setelah tidak dapat menghubunginya sejak Mei. Mereka melaporkan bahwa Timmerman hilang setelah meninggalkan Hungaria pada bulan Juni. Keluarga ini merasa khawatir karena mereka tidak tahu apakah Timmerman masih hidup atau tidak. Di sisi lain, pemerintah AS terus bekerja untuk memulihkan warganya, termasuk mencari informasi tentang jurnalis Austin Tice yang hilang di Suriah sejak 2012.
Timmerman sendiri menyatakan bahwa waktu yang dihabiskannya di penjara memberinya kesempatan untuk merenung dan menenangkan diri. Ia merasa bahwa meskipun kondisinya sulit, ia bisa memperoleh pelajaran berharga dari pengalaman tersebut. Meskipun tampak acak-acakan dengan janggut panjang dan rambut yang kusut, ia tampak sehat dan bersemangat setelah pembebasannya. Kini, Timmerman berencana untuk kembali ke Damaskus setelah menjalani pemulihan. Keberadaannya yang berhasil ditemukan dan dibebaskan dari penjara menjadi sebuah kisah keberuntungan bagi dirinya dan keluarganya.