Festival Sharo: Ujian Kejantanan Ekstrem Suku Fulani
Habered – Di Afrika Barat, khususnya di Nigeria, terdapat sebuah tradisi unik nan ekstrem yang dikenal sebagai Festival Sharo. Festival ini merupakan ritual pemukulan yang dilakukan oleh suku Fulani untuk menguji keberanian, ketahanan, dan kejantanan para pemuda. Bagi masyarakat luar, tradisi ini mungkin terdengar kejam, tetapi bagi Fulani, Sharo adalah simbol kehormatan dan jalan menuju kedewasaan.
Sharo biasanya berlangsung dua kali dalam setahun, biasanya pada saat perayaan Idul Fitri atau pada acara-acara penting lain yang melibatkan seluruh komunitas. Dalam ritual ini, para pemuda Fulani berbaris di hadapan keluarga, kerabat, dan tetua suku. Mereka ditantang untuk menerima cambukan rotan di punggung mereka tanpa menunjukkan rasa sakit.
Para peserta biasanya bertelanjang dada, berdiri tegak dengan tangan terikat atau dijaga agar tidak bergerak. Seorang algojo khusus memukul mereka dengan rotan panjang. Semakin keras pukulan diterima tanpa ekspresi kesakitan, semakin tinggi pula kehormatan yang mereka peroleh.
Festival Sharo bukan sekadar tontonan, melainkan ujian kedewasaan. Pemuda yang berhasil melewati tantangan dianggap layak menjadi pria sejati dan siap untuk menikah. Bahkan, kemampuan bertahan dalam Sharo sering menjadi pertimbangan penting bagi keluarga calon pengantin perempuan.
Menariknya, kegagalan dalam ritual ini tidak hanya mempermalukan peserta, tetapi juga keluarganya. Oleh karena itu, banyak pemuda yang rela menahan sakit luar biasa demi menjaga harga diri dan martabat.
Bagi masyarakat Fulani, Sharo adalah warisan leluhur yang sarat makna. Namun, bagi dunia luar, tradisi ini sering menuai kritik karena dianggap berbahaya dan tidak manusiawi. Meski demikian, sebagian besar komunitas Fulani tetap menjunjung tinggi Sharo sebagai identitas budaya yang memperkuat solidaritas antarwarga.
Di sisi lain, ada upaya dari pemerintah dan lembaga hak asasi manusia untuk menekankan pentingnya keselamatan. Beberapa komunitas Fulani kini mulai mengurangi intensitas pemukulan atau mengganti bentuk perayaan dengan kompetisi lain yang lebih aman.
Festival Sharo menunjukkan bagaimana tradisi bisa menjadi sarana pendidikan sosial yang membentuk karakter generasi muda. Meski ekstrem, bagi suku Fulani ritual ini adalah bukti nyata ketangguhan, keberanian, dan kehormatan. Dengan segala kontroversinya, Sharo tetap menjadi salah satu festival paling menarik perhatian di benua Afrika.
“Simak Juga: Riset, Perbedaan Otak Anak dari Keluarga Kaya dan Miskin”
This website uses cookies.