Tradisi Mumi Suku Dani di Papua, Bagaimana Proses Pengawetannya?
Habered – Mumi Papua menjadi salah satu tradisi unik yang masih bertahan hingga kini, khususnya di kalangan suku Dani di Lembah Baliem. Papua sendiri dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan budaya penuh makna. Tradisi ini bukan sekadar ritual pengawetan tubuh, melainkan juga bentuk penghormatan kepada leluhur dan tokoh penting yang dianggap memiliki jasa besar bagi suku.
Dalam kepercayaan suku Dani, seorang kepala suku atau pemimpin yang bijaksana diyakini masih memiliki “roh” yang terus menjaga masyarakatnya meski telah meninggal dunia. Oleh karena itu, jasad mereka tidak dikebumikan seperti umumnya, melainkan diawetkan agar bisa terus dihormati dan dijadikan simbol kehadiran spiritual bagi generasi berikutnya.
Mumi juga menjadi lambang kebanggaan. Keberadaan mumi di sebuah suku dianggap menunjukkan kejayaan masa lalu serta kekuatan kepemimpinan yang pernah ada.
“Baca Juga: Tato Yakuza (Irezumi), Seni Tubuh Ekstrem dari Jepang”
Proses pengawetan jasad pada suku Dani dilakukan dengan cara pengasapan yang berlangsung berbulan-bulan. Setelah seseorang yang dihormati meninggal, tubuhnya dibersihkan terlebih dahulu lalu didudukkan di tempat khusus dekat perapian tradisional.
Asap dari kayu bakar yang terus menyala akan mengeringkan tubuh secara perlahan. Kulit dan jaringan tubuh menjadi keras, sementara bentuk fisik tetap utuh. Untuk mempercepat proses, kadang dilakukan pengolesan minyak dari tumbuhan tertentu agar tubuh tidak mudah membusuk.
Proses ini bisa memakan waktu hingga satu tahun, tergantung kondisi tubuh dan suhu lingkungan. Setelah dianggap sempurna, mumi kemudian disimpan di honai (rumah adat) atau gua khusus yang hanya boleh dikunjungi dalam upacara adat tertentu.
Mumi Papua bukan sekadar sisa jasad, melainkan juga simbol identitas budaya. Generasi muda suku Dani diajarkan untuk menghormati mumi sebagai cara menjaga hubungan spiritual dengan leluhur mereka. Upacara penghormatan biasanya dilakukan saat ada perayaan adat besar atau kunjungan penting ke desa.
Keberadaan mumi juga menjadi daya tarik wisata budaya. Wisatawan dari dalam dan luar negeri kerap datang ke Lembah Baliem untuk melihat langsung warisan unik ini, sekaligus belajar mengenai filosofi kehidupan suku Dani.
Meski jumlah mumi yang tersisa kini semakin sedikit, tradisi ini tetap dijaga sebagai warisan budaya. Pemerintah daerah bersama tokoh adat berupaya merawat mumi yang ada agar tidak rusak, sekaligus melestarikan pengetahuan turun-temurun tentang proses pembuatannya.
Dengan demikian, mumi Papua bukan hanya sekadar peninggalan prasejarah, tetapi juga cermin kebijaksanaan leluhur yang masih relevan dalam menjaga jati diri masyarakat suku Dani hingga hari ini.
“Simak Juga: Waspada! Serangga Penghisap Darah (Kissing Bugs) Bisa Picu Wabah Mematikan”
Informasi ini bersumber dari Tempo. Mumi Papua menjadi salah satu tradisi unik yang masih bertahan hingga kini, khususnya di kalangan suku Dani di Lembah Baliem. Simak ulasan lengkapnya di Habered.
|Penulis: Lukman Azhari
|Editor: Anna Hidayat
This website uses cookies.