Sampo Generation: Fenomena Anak Muda Korea yang Menyerah pada Cinta, Pernikahan, dan Keluarga
Habered – Sampo Generation (삼포세대) muncul di Korea Selatan awal 2010-an untuk menyebut generasi muda yang meninggalkan cinta, pernikahan, dan anak. Tekanan ekonomi, biaya hidup tinggi, serta persaingan ketat membuat banyak orang muda merasa tidak realistis untuk membangun keluarga.
Fenomena ini dianggap sebagai refleksi krisis sosial yang dihadapi Korea Selatan, negara dengan salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia.
Banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya Sampo Generation. Harga perumahan yang melambung, beban biaya pendidikan, serta persaingan kerja yang brutal membuat anak muda kesulitan mencapai stabilitas finansial. Bahkan untuk sekadar berkencan, mereka merasa terbebani karena biaya makan di luar, hiburan, atau hadiah dianggap terlalu mahal.
“Simak Juga: Cuy, Makanan Tradisional yang Eksotis dari Amerika Latin”
Selain itu, budaya kerja yang menuntut dengan jam kerja panjang membuat anak muda tidak punya cukup waktu untuk menjalin hubungan. Tekanan sosial dari keluarga dan lingkungan pun sering kali memperparah keadaan.
Bagi sebagian orang, keputusan meninggalkan cinta dan pernikahan adalah bentuk perlindungan diri dari kekecewaan atau kegagalan finansial. Namun, fenomena ini juga membawa dampak psikologis: meningkatnya rasa kesepian, menurunnya angka kebahagiaan, hingga meningkatnya masalah kesehatan mental.
Masyarakat yang semakin individualistis membuat anak muda lebih fokus pada karier dan kepuasan pribadi dibandingkan komitmen jangka panjang.
Pilihan generasi ini membawa konsekuensi besar bagi Korea Selatan. Dengan angka kelahiran yang merosot drastis, negara menghadapi krisis demografi serius: populasi menua, jumlah tenaga kerja berkurang, dan beban ekonomi untuk mendukung lansia semakin berat.
Pemerintah Korea telah mencoba berbagai kebijakan, seperti subsidi pernikahan, bantuan uang tunai untuk bayi baru lahir, hingga insentif pajak. Namun, mayoritas anak muda tetap merasa bahwa biaya dan tanggung jawab membesarkan anak terlalu besar.
Sampo Generation adalah simbol dari benturan antara modernitas, kapitalisme, dan nilai tradisional Korea. Anak muda lebih memilih kebebasan dan kenyamanan pribadi dibandingkan memenuhi ekspektasi sosial untuk menikah dan memiliki anak.
Pertanyaannya, apakah fenomena ini hanya tren sementara atau akan menjadi realitas permanen yang mengubah wajah masyarakat Korea di masa depan?
“Baca Juga: Rumah Sakit Asing di Indonesia, Peluang atau Ancaman?”
This website uses cookies.