Pesta Memukul Kepala hingga Berdarah: Tradisi Unik dalam Ritual Ashura
Habered – Pesta memukul kepala hingga berdarah merupakan salah satu tradisi sebagian kelompok umat Muslim Syiah dalam memperingati Hari Ashura. Ashura sendiri adalah hari kesepuluh bulan Muharram dalam kalender Islam, yang memiliki makna mendalam karena bertepatan dengan peristiwa tragis wafatnya cucu Nabi Muhammad, Imam Husain bin Ali, dalam Pertempuran Karbala pada tahun 680 M. Peristiwa ini dianggap simbol perjuangan melawan ketidakadilan, tirani, dan pengorbanan suci.
Dalam tradisi tertentu, sebagian jamaah memperingati Ashura dengan cara melukai diri sendiri menggunakan pedang kecil, pisau, atau rantai berujung tajam. Mereka memukul kepala, punggung, atau dada hingga berdarah. Ritual ini dipercaya sebagai bentuk ungkapan duka, solidaritas, dan kesetiaan kepada Imam Husain. Meski terlihat ekstrem, bagi pelakunya hal tersebut merupakan simbol pengorbanan, serta cara merasakan penderitaan yang dialami sang imam.
“Simak Juga: Bloemenparade, Pesta Bunga yang Memikat Hati di Belanda”
Bagi yang menjalankan, ritual memukul kepala hingga berdarah bukan sekadar aksi fisik, melainkan ungkapan emosional dan spiritual. Mereka meyakini bahwa dengan meneteskan darah, mereka memperlihatkan kesedihan mendalam serta tekad untuk menegakkan keadilan. Tradisi ini juga berfungsi sebagai sarana mengikat rasa kebersamaan dalam komunitas, karena dilakukan secara massal di jalanan atau masjid.
Namun, praktik ini tidak lepas dari kontroversi. Banyak ulama, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah, menolak bentuk ritual yang melibatkan kekerasan terhadap tubuh. Menurut mereka, peringatan Ashura sebaiknya diisi dengan doa, ceramah, atau kegiatan sosial, seperti donor darah dan memberi bantuan kepada fakir miskin. Beberapa negara bahkan melarang ritual berdarah ini karena dianggap membahayakan kesehatan dan menimbulkan citra negatif terhadap Islam.
Dalam beberapa dekade terakhir, muncul gerakan untuk mengubah cara memperingati Ashura menjadi lebih edukatif dan konstruktif. Banyak komunitas Syiah kini mengganti aksi memukul kepala hingga berdarah dengan drama teatrikal, syair kesedihan (marsiyah), serta program kemanusiaan. Meski begitu, ritual berdarah masih tetap dijalankan di beberapa wilayah seperti Pakistan, India, Irak, dan Afghanistan, sebagai bagian dari identitas kultural sekaligus religius.
Pesta memukul kepala hingga berdarah dalam peringatan Ashura memperlihatkan betapa kompleksnya ekspresi keagamaan dalam masyarakat. Bagi sebagian orang, itu adalah bentuk pengorbanan dan kesetiaan kepada Imam Husain, sementara bagi yang lain dianggap berlebihan dan membahayakan. Terlepas dari pro dan kontra, ritual ini tetap menjadi bagian unik dari khazanah budaya dan spiritual dunia Islam yang memicu rasa ingin tahu masyarakat global.
“Baca Juga: Tradisi MPASI yang Bertahan, Makan Dipapah, Menu Tunggal, dan Larangan Telur”
This website uses cookies.