Makna dan Tradisi Perayaan Hari Waisak bagi Umat Buddha
Habered – Hari Waisak merupakan salah satu hari suci paling penting dan penuh makna bagi umat Buddha di seluruh dunia. Perayaan ini memperingati tiga peristiwa besar dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yang dikenal sebagai Buddha, yaitu kelahiran, pencapaian pencerahan (nirwana), dan wafatnya (parinibbana). Ketiga momen tersebut diyakini terjadi pada hari yang sama dalam kalender lunar, sehingga Hari Waisak dikenal juga sebagai Hari Trisuci Waisak.
Di Indonesia, Hari Waisak biasanya dirayakan pada bulan Mei atau Juni, tergantung pada penanggalan Buddhis. Pada tahun 2025 ini, perayaan Hari Waisak jatuh pada Senin, 12 Mei 2025. Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hari libur nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap kebebasan beragama dan kekayaan budaya yang ada.
“Baca Juga: Misteri Mumi 2.300 Tahun yang Tak Pernah Disentuh, Kenapa?”
Perayaan Waisak tidak hanya bersifat religius, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan. Umat Buddha biasanya memulai hari ini dengan melakukan puja bakti di vihara, yaitu sembahyang dan membaca kitab suci Tripitaka. Selain itu, mereka juga bermeditasi untuk memperdalam penghayatan terhadap ajaran Buddha.
Salah satu simbol paling mencolok dari Waisak adalah ritual pelepasan lampion dan hewan. Pelepasan hewan ini seperti burung atau ikan, sebagai simbol pembebasan dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. Tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya kebajikan, welas asih, dan tidak menyakiti sesama makhluk.
Di Candi Borobudur, Jawa Tengah, yang menjadi pusat perayaan Waisak nasional, ribuan umat Buddha dari dalam dan luar negeri berkumpul untuk mengikuti prosesi suci. Mereka berjalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan akhirnya ke Borobudur, sambil membawa bunga, dupa, dan lilin. Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan kepada Buddha dan simbol perjalanan spiritual menuju pencerahan.
Waisak bukan hanya momen ibadah bagi umat Buddha, tapi juga menjadi pengingat bagi semua orang tentang nilai-nilai universal seperti kedamaian, cinta kasih, dan kebijaksanaan. Ajaran Buddha yang menekankan pengendalian diri, welas asih, dan kehidupan yang selaras dengan alam tetap relevan hingga kini.
Melalui perayaan ini, umat Buddha diharapkan tidak hanya mengenang perjalanan spiritual Sang Buddha. Namun, juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi terciptanya masyarakat yang damai, adil, dan harmonis.
“Simak Juga: Manfaat Tertawa, Obat Alami yang Terlupakan”
This website uses cookies.