Thumbnail 2

Habered polemik tercipta ketika ceramah politik di masjid kembali ramai diperbincangkan setelah beberapa rekaman khutbah dan pengajian viral di media sosial.

Akar Polemik Ceramah Politik di Masjid

Pertentangan terkait ceramah politik di masjid muncul karena fungsi utama tempat ibadah adalah ruang suci untuk berdoa dan menenangkan hati. Saat isu politik praktis dibawa ke mimbar, sebagian jamaah merasa terganggu dan terbelah.

Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa agama tidak bisa dipisahkan dari urusan publik. Mereka menilai, pembahasan kebijakan, keadilan sosial, dan kepemimpinan merupakan bagian dari tanggung jawab moral seorang penceramah.

Namun batas antara nasihat sosial-politik dan kampanye calon tertentu sangat tipis. Ketika penceramah menyebut nama partai, nomor urut, atau tokoh spesifik, ceramah politik di masjid berubah menjadi kampanye terselubung.

Regulasi tentang Politik di Tempat Ibadah

Secara hukum, tempat ibadah di Indonesia diharapkan steril dari aktivitas kampanye. Aturan pemilu menegaskan larangan penggunaan rumah ibadah untuk kegiatan politik praktis, terutama selama masa kampanye resmi.

Sementara itu, organisasi keagamaan besar juga mengeluarkan pedoman internal. Banyak di antaranya meminta penceramah menjaga netralitas panggung mimbar dan menghindari ajakan memilih calon tertentu.

Akibatnya, otoritas keagamaan dan panitia masjid memiliki dasar untuk menegur bila ceramah politik di masjid sudah mengarah pada dukungan eksplisit kepada peserta pemilu, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Dilema antara Dakwah Sosial dan Kampanye

Banyak penceramah merasa berkewajiban menyampaikan pandangan tentang keadilan, korupsi, dan kebijakan publik. Mereka berargumen bahwa agama mengatur moralitas pemimpin dan masyarakat.

Meski begitu, jamaah sering sulit membedakan mana nasihat moral umum dan mana dukungan politis terselubung. Kalimat bersayap yang menyindir tokoh tertentu bisa memicu konflik di tengah jamaah yang beragam pilihan politiknya.

Selain itu, sebagian jamaah datang ke masjid untuk fokus ibadah, bukan berdebat pilihan politik. Ketika ceramah politik di masjid terlalu dominan, orang yang berbeda pandangan merasa tersisih atau tidak nyaman.

Dampak Sosial di Tengah Jamaah

Ketika penceramah membela satu kelompok politik, jamaah cenderung terbagi menjadi kubu pro dan kontra. Percakapan selepas salat bisa berubah menjadi perdebatan panas soal tokoh dan partai.

Di sisi lain, potensi konflik horizontal meningkat bila narasi ceramah memuat ujaran kebencian terhadap kelompok lain. Kata-kata yang menstigma pilihan politik tertentu bisa merusak ukhuwah di lingkungan masjid.

Karena itu, pengelola masjid mulai hati-hati memilih penceramah. Banyak takmir meminta kiai, ustaz, atau penceramah tamu menahan diri, agar ceramah politik di masjid tidak memicu perpecahan di tengah jamaah yang majemuk.

Peran Takmir dan Pengurus Tempat Ibadah

Takmir memiliki posisi penting sebagai penjaga ketenangan tempat ibadah. Mereka berwenang menyusun aturan tertulis mengenai tema ceramah dan rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh penceramah.

Sementara itu, komunikasi sejak awal menjadi kunci. Pengurus dapat menjelaskan kepada penceramah bahwa isu sosial boleh dibahas, tetapi penyebutan dukungan kepada calon tertentu sebaiknya dihindari.

Jika terjadi ceramah politik di masjid yang berlebihan, takmir dapat memberikan klarifikasi kepada jamaah. Langkah ini penting agar masjid tetap dipercaya sebagai ruang aman dan inklusif bagi semua kalangan.

Peran Jamaah dalam Menjaga Ketenangan Ibadah

Jamaah juga memegang peran besar dalam meredam polemik. Bila tidak nyaman dengan isi ceramah, mereka dapat menyampaikan masukan secara santun kepada pengurus, bukan dengan kemarahan terbuka.

Di sisi lain, literasi politik dan keagamaan perlu diperkuat. Jamaah yang paham perbedaan antara dakwah sosial dan kampanye akan lebih tenang menyimak, dan tidak mudah terprovokasi.

Selain itu, sikap saling menghormati pilihan politik menjadi fondasi penting. Walaupun terjadi ceramah politik di masjid, jamaah yang bijak akan menempatkan perbedaan pandangan sebagai hal wajar, bukan alasan bermusuhan.

Dimensi Etika dalam Ceramah Keagamaan

Secara etis, penceramah memegang amanah besar ketika berbicara di depan jamaah. Mimbar memberikan otoritas moral, sehingga kata-kata yang keluar memiliki dampak kuat pada sikap pendengar.

Karena itu, etika ceramah menuntut kehati-hatian. Penceramah sebaiknya fokus pada nilai universal seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian sosial, bukan mengarahkan jamaah memilih figur tertentu.

Di sisi lain, menghindari fitnah dan ujaran kebencian adalah prinsip utama. Ceramah politik di masjid yang mencela tokoh atau kelompok menjadi pelanggaran etika yang merusak martabat tempat ibadah.

Peran Media Sosial dalam Memperbesar Polemik

Rekaman ceramah kini mudah menyebar melalui platform digital. Potongan video singkat sering diunggah tanpa konteks lengkap, memicu kemarahan publik dan perdebatan panjang.

Read More: Polemik kampanye di rumah ibadah dan batasan hukum yang berlaku

Namun publik jarang melihat keseluruhan isi ceramah. Kadang, satu kalimat kontroversial menutupi ratusan kalimat lain yang sebenarnya bersifat edukatif.

Di sisi lain, tekanan warganet dapat berujung pada proses hukum atau pemanggilan penceramah oleh aparat. Situasi ini membuat isu ceramah politik di masjid semakin sensitif dan rawan dipolitisasi oleh berbagai pihak.

Menuju Ruang Ibadah yang Lebih Teduh

Ke depan, banyak pihak berharap tempat ibadah kembali menjadi ruang tenang yang menentramkan hati. Isu sosial dan kebangsaan tetap boleh dibahas, tetapi dengan pendekatan lembut dan proporsional.

Pengurus, penceramah, dan jamaah perlu membangun kesepahaman bersama. Tujuannya agar ceramah politik di masjid tidak lagi memecah persatuan, melainkan menguatkan kepedulian sosial tanpa menggurui pilihan politik pribadi.

Pada akhirnya, menjaga kesucian dan keteduhan rumah ibadah adalah tanggung jawab bersama. Jika semua pihak menahan diri dari kampanye terselubung dan menempatkan ceramah politik di masjid secara bijak, maka tempat ibadah dapat tetap menjadi titik temu yang damai bagi semua.

Kiriman serupa