Red Thread of Fate: Benang Merah Takdir dalam Legenda Asia
Habered – Red Thread of Fate atau benang merah takdir adalah konsep legendaris dalam budaya Asia Timur, terutama dari Tiongkok dan Jepang. Red thread of fate menggambarkan ikatan tak terlihat antara dua orang yang ditakdirkan untuk bersama. Menurut kepercayaan ini, dewa pernikahan mengikatkan seutas benang merah di jari kelingking dua orang sejak mereka lahir, yang akan saling bertemu dan menjadi bagian penting dalam hidup satu sama lain, terlepas dari waktu, tempat, atau keadaan.
Meskipun benang ini bisa melengkung, tertarik, atau kusut, ia tidak akan pernah putus. Ini melambangkan bahwa cinta sejati akan menemukan jalannya meskipun harus melalui rintangan.
Legenda ini diyakini berasal dari mitologi Tiongkok kuno, di mana Yue Lao, dewa pernikahan dan hubungan, bertugas mengikat benang merah takdir antara dua jiwa. Di Jepang, konsep ini dikenal dengan nama akai ito (赤い糸), yang memiliki arti harfiah “benang merah”.
“Simak Juga: Royal Ascot, Tradisi Balapan Kuda Paling Bergengsi di Inggris”
Benang merah biasanya terikat di jari kelingking, bukan tanpa alasan. Dalam banyak budaya, jari kelingking dianggap sebagai simbol janji dan komitmen yang mendalam, seperti dalam tradisi “pinky promise.”
Makna dari Red Thread of Fate bukan hanya tentang romansa. Ikatan ini bisa melambangkan persahabatan, keluarga, atau hubungan jiwa yang sangat kuat, yang tidak selalu harus romantis.
Red Thread of Fate telah banyak diadaptasi dalam berbagai bentuk media film, anime, drama, dan novel. Misalnya dalam anime “Your Name (Kimi no Na wa)”, benang merah menjadi simbol koneksi spiritual antara dua tokoh utama. Hal ini membuktikan bahwa legenda kuno ini masih sangat relevan dan menyentuh hati banyak orang hingga kini.
Di kehidupan nyata, banyak pasangan menggunakan red thread sebagai aksesori simbolis, seperti gelang benang merah atau cincin kelingking, sebagai tanda komitmen atau doa agar bisa bersatu dengan belahan jiwa mereka.
Red Thread of Fate mengajarkan kita tentang harapan, kesabaran, dan kepercayaan terhadap takdir. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, legenda ini memberi harapan bahwa setiap orang memiliki “seseorang” yang telah ditakdirkan untuk hadir dalam hidupnya. Meskipun jalan hidup penuh liku, benang ini akan selalu menyatukan mereka pada waktunya.
“Baca Juga: Jakarta Bentuk 274 Kampung Siaga TB untuk Perangi Tuberkulosis”
This website uses cookies.